27 Desember 2015
Langit biru dan cuaca terik menemani
saya melangkah lebih jauh. Kaki kecil saya menyusuri pantai, keduanya terbalut
pasir yang seharusnya putih, jelas saja warna tak pernah mengubah
tekstur, ia tetap halus sebagaimana pasir yang semestinya. Mengumpul diantara
sela jemari saya, sesekali hilang terhempas ombak yang semakin menepi semakin
kecil frekuensinya.
Pukul 14.00 siang dan matahari masih
menyengat dengan terik yang tidak mereda. Keringatpun mulai membanjiri sekujur
tubuh. Saya menatap langit yang terlihat biru menggoda, dengan sedikit awan
yang putih sebagai penghias siang ini. ‘seharusnya
pantai ini indah, seharusnya.’ Pikir saya dalam hati. Mengapa tidak? Air laut yang mulanya biru bening, kini
berganti warna yang membuat mata lak lagi tertarik meliriknya. Bahkan langit
biru itu justru menjadi objek yang memikat hati saya siang ini. lalu, pasir
yang seharusnya berwarna putihpun kehilangan warna putihnya, menjelma menjadi
cokelat pudar yang usang.
Pohon-pohon yang berdiri kokoh di
tepi pantai sedikit meredakan sengatan matahari yang kian lama semakin
membakar. Namun, ketika saya memutuskan berteduh barang sejenak, niat saya
terurungkan karena dibawah pohon banyak tergeletak sampah. Benda kotor yang
tersebar dimana-mana memang terkadang menjadi suatu hal yang menyebalkan,
terlebih untuk seseorang yang ‘terbiasa hidup bersih’.
Rasanya tangan saya gatal ingin
menyulap pantai ini menjadi objek yang lebih baik, entah itu enak dipandang
ataupun nyaman digunakan sebagai objek wisata.
Beberapa waktu kemudian, saya
menghampiri tiga orang pengunjung yang sedang bercakap diatas pasir sambil
menikmati udara pantai. sedikit banyak saya berbicara kepada mereka tentang
‘bagaimana pendapat Anda tentang objek wisata pantai yang ada di Jepara?’ ternyata
jawaban dari pengunjung yang kebetulan mahasiswa UPN Yogyakarta itu sangat
mencengangkan.
Ada beberapa hal yang harusnya
diperhatikan, misalnya kurangnya fasilitas kebersihan dan akses jalan masuk.
memang beberapa pantai di Jepara telah terfasilitasi, seperti Pantai Tirta
Samudera dan Pantai Kartini, namu selebihnya tidak kurang seperti tempat
pembuangan sampah yang banyak ditemukan sampah di sepanjang bibir pantai.
Untuk kondisi semacam ini, perlunya
kerjasama antar warga, pengunjung dan pemerintah sangat diperlukan. Harusnya
pemerintah lebih memerhatikan fasilitas yang tidak memadai, jika fasilitas
telah memadai maka pengunjung akan bergerombolan menuju objek tersebut, hingga
daerah mampu memamerkan postensinya. Demikian pula dengan warga setempat,
dengan tidak tersedianya fasilitas oleh pemerintah, seharusnya mereka lebih
sadar untuk lebih menjaga dan memperbaiki hal-hal yang menyangkut fasilitas
objek wisata. Untuk pegunjung diharapkan untuk tetap menjaga kelestarian alam
serta tidak membuang sampah pada tempatnya.
Jika kita sebagai warga atau
pengunjung yang diam saja meliat lingkungan tercemar, bagaimana negeri yang
kaya potensinya ini bisa maju?
Langkah awal yang perlu kita lakukan
adalah, dengan sadar diri tidak membuang sampah sembarangan. Tidak hanya pada
wilayah objek wisata, namun dimanapun kaki kita melanngkah.
Matahari berangsur hilang, termakan
malam yang akan segera datang. Senja yang jingganya tidak pernah padam meskipun
ia menghilang. kaki-kaki kecil saya berangsur meninggalkan pusat suara gemercik
ombak serta hilang dari permukaan berpasir putih.
Firdausi Nur Afifah,
154321074
Tidak ada komentar:
Posting Komentar